Tuesday, October 14, 2008

Ayat – Ayat Cinta

Petikan ayat dalam novel Ayat – Ayat Cinta karya - Habiburrahman El Shirazy

Surat Nurul kepada Fahri:
Untuk Saudara Fahri 
Yang sedang berbahagia
Bersama isterinya 


Assalamu’alaikum wr. wb. 
Kutulis surat ini dengan lelehan air mataku yang tiada berhenti dari detik 
ke detik. Kutulis surat ini kala hati tiada lagi menahan nestapa yang mendera-
dera perihnya luar biasa. Kak Fahri, aku ini perempuan paling bodoh dan paling 
malang di dunia. Bahwa mengandalkan orang lain sungguh tindakan paling 
bodoh. Dan aku harus menelan kepahitan dan kegetiran tiada tara atas 
kebodohanku itu. Kini aku didera penyesalan tiada habisnya. Semestinya aku 
katakan sendiri perasaanku padamu. Dan apakah yang kini bisa kulakukan 
kecuali menangisi kebodohanku sendiri. Aku berusaha membuang rasa cintaku 
padamu jauh-jauh. Tapi sudah terlambat. Semestinya sejak semula aku bersikap 
tegas, mencintaimu dan berterus terang lalu menikah atau tidak sama sekali. Aku 
mencintaimu diam-diam selama berbulan-bulan, memeramnya dalam diri hingga 
cinta itu mendarahdaging tanpa aku berani berterus terang. Dan ketika kau tahu 
apa yang kurasa semuanya telah terlambat.
Saudara Fahri,
Kini perempuan bodoh ini sedang berada dalam jurang penderitaannya 
paling dalam. Dan jika ia tidak berterus terang maka ia akan menderita lebih 
berat lagi. Perempuan bodoh ini ternyata tiada bisa membuang rasa cinta itu. 
Membuangnya sama saja menarik seluruh jaringan sel dalam tubuhnya. Ia akan 
binasa. Saat ini, Kak Fahri mungkin sedang dalam saat-saat paling bahagia, 
namun perempuan bodoh ini berada dalam saat-saat paling menderita. 
Saudara Fahri, 
Apakah tidak ada jalan bagi perempuan bodoh ini untuk mendapatkan 
cintanya? Untuk keluar dari keperihan dan kepiluan hatinya. Bukankah ajaran 
agama kita adalah ajaran penuh rahmah dan kasih sayang. Kak Fahri adalah 
orang shalih dan isteri Kak Fahri yaitu Aisha adalah juga orang yang shalihah. 
Bagi orang shalih semua yang tidak melanggar syariah adalah mudah.
Saudara Fahri, 
Sungguh maaf aku sampai hati menulis surat ini. Namun jika tidak maka 
aku akan semakin menyesal dan menyesal. Bagi seorang perempuan jika ia telah 
mencintai seorang pria. Maka pria itu adalah segalanya. Susah melupakan cinta 
pertama apalagi yang telah menyumsum dalam tulangnya. Dan cintaku padamu 
seperti itu adanya telah mendarah daging dan menyumsum dalam diriku. Jika 
masih ada kesempatan mohon bukakanlah untukku untuk sedikit menghirup 
manisnya hidup bersamamu. Aku tidak ingin yang melanggar syariat aku ingin 
yang seiring dengan syariat. Kalian berdua orang shalih dan paham agama tentu 
memahami masalah poligami. Apakah keadaan yang menimpaku tidak bisa 
dimasukkan dalam keadaan darurat yang membolehkan poligami? Memang tidak 
semua wanita bisa menerima poligami. Dan tenyata jika Aisha termasuk yang 
tidak menerima poligami maka aku tidak akan menyalahkannya. Dan biarlah aku 
mengikuti jejak puteri Zein dalam novel yang ditulis Syaikh Muhammad 
Ramadhan Al Buthi yang membawa cintanya ke jalan sunyi, jalan orang-orang 
sufi, setia pada yang dicintai sampai mati.
Wassalam, 
Nurul Azkiya

Balasan Fahri kepada surat Nurul Azkiya:
Kepada 
Nurul Azkiya
Cahaya orang-orang yang bersih hatinya 
Di bumi perjuangan mulia
Assalamu’alaikum wa rahmatullah wa barakatuh 
Saat menulis surat ini hatiku gerimis. Tiada henti kuberdoa semoga Allah 
menyejukkan hatimu, menerangkan pikiranmu, membersihkan jiwamu, dan 
mengangkat dirimu dari segala jenis penderitaan dan kepiluan. 
Nurul, 
Terima kasih atas suratnya. Aku sudah membacanya dengan seksama dan 
aku memahami semua kata-kata yang kau tulis. Kalau kau merasa harus setia 
pada cintamu. Maka aku merasa harus setia pada isteriku, pada belahan jiwaku. 
Kalau kau memiliki anggapan poligami bisa menjadi jalan keluar dalam masalah 
ini, bisa jadi ada benarnya. Poligami memang diperbolehkan oleh syariat, tapi 
aku tidak mungkin menempuhnya. Aku perlu menjelaskan, di antara syarat yang 
telah kami sepakati sebelum akad nikah adalah aku tidak akan memadu Aisha. 
Aku sudah menyepakati syarat itu. Kau tentu tahu hukumnya, aku harus 
menepatinya. Hukumnya wajib.
Nurul, 
Dalam hidup ini, cinta bukan segalanya. Masih ada yang lebih penting 
dari cinta. Sebenarnya jikalau kita bercinta maka seharusnya itu menjadi salah 
satu pintu menjalankan ibadah. Janganlah terlalu kau turutkan perasaanmu. 
Gunakanlah akal sehatmu, karena akal sehat adalah termasuk bagian dari 
wahyu. Kau masih memiliki masa depan yang luar biasa cerahnya. Kau ditunggu 
oleh ribuan generasi di tanah air. Jadilah kau seorang Nurul seperti sebelum 
mengenalku. Nurul yang bersih dan bercahaya, seperti namanya Nurul Azkiya , 
Cahaya bagi orang-orang yang bersih hatinya.
Nurul, 
Apakah kau sadar dengan apa yang kau lakukan saat ini? Dengan tetap 
menuruti perasaanmu untuk menyesal dan membodoh-bodohkan diri kau telah 
merusak dirimu sendiri. Ajaran agama kita yang hanif melarang manusia 
membinasakan dirinya sendiri dengan cara dan alasan apa pun. Memasung diri 
sampai menderita dengan alasan setia pada cinta adalah perbuatan yang tidak seirama dengan sunnah nabi. Kau jangan salah tafsir pada novel yang ditulis 
oleh Syaikh Muhammad Said Ramadhan Al Buthi. Dengan novel itu beliau ingin 
menghibur dan menyejukkan orang-orang yang mereguk pahitnya cinta karena 
kelaliman orang-orang yang tidak mengerti cinta. Beliau membela orang yang 
semestinya dibela, dan mencela orang-orang lalim yang semestinya dicela. 
Adapun Puteri Zein yang membawa cintanya sampai ke liang lahat itu bukan atas 
kehendaknya. Berbeda dengan dirimu. Jika kau membawa cintamu sampai mati 
maka itu atas kehendakmu, dan itu sama saja dengan bunuh diri.
Nurul, 
Cinta sejati dua insan berbeda jenis adalah cinta yang terjalin setelah 
akad nikah. Yaitu cinta kita pada pasangan hidup kita yang sah. Cinta sebelum 
menikah adalah cinta semu yang tidak perlu disakralkan dan diagung-agungkan. 
Nurul, dunia tidak selebar daun anggur. Masih ada jutaan orang shalih di dunia 
ini yang belum menikah. Pilihlah salah satu, menikahlah dengan dia dan kau 
akan mendapatkan cinta yang lebih indah dari yang pernah kau rasakan. 
Terkadang, tanpa sengaja kita telah menyengsarakan orang lain. Itulah 
yang mungkin kulakukan padamu. Maafkanlah aku. Semoga Allah masih terus 
berkenan memberikan hidayah dan rahmatnya, juga maghfirahnya kepada kita 
semua. 

Wassalam, 
Fahri Abdullah

0 comments: